mutsla.my.id – Antrean panjang haji hingga puluhan tahun, isu korupsi dalam pengelolaan dana haji, hingga pengalaman pahit para pengusaha travel umrah yang kerap “boncos” karena bermitra dengan oknum lokal di Arab Saudi, menjadi beberapa sorotan yang kerap muncul di tengah masyarakat. Namun, di balik tantangan tersebut, terkuak potensi besar bagi pengusaha Indonesia untuk “mendapatkan cuan” di Tanah Suci, terutama dengan hadirnya BPKH Limited.
Dalam sebuah diskusi menarik, CEO BPKH Limited, Bapak Sidik, membeberkan berbagai peluang dan peran strategis perusahaannya sebagai satu-satunya syarikah (perusahaan) asal Indonesia yang didukung penuh oleh pemerintah di Arab Saudi.
BPKH Limited: Gerbang Investasi Aman di Arab Saudi
BPKH Limited, anak usaha Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) yang beroperasi di Makkah, kini menjadi jembatan bagi pengusaha Indonesia yang ingin melebarkan sayap bisnisnya ke Arab Saudi. Berdiri setelah pandemi COVID-19, BPKH Limited memanfaatkan perubahan regulasi investasi di Saudi yang kini memungkinkan asing mendirikan syarikah 100% tanpa wajib memiliki mitra lokal.
“Kami sangat didukung oleh Ministry of Investment of Saudi Arabia, diberikan karpet merah sehingga kami bisa mendirikan syarikah 100% milik BPKH,” terang Bapak Sidik. Kehadiran BPKH Limited tidak hanya membayar pajak dan berkontribusi pada ekonomi Saudi, tetapi juga membuka lapangan kerja bagi warga negara Saudi dengan kewajiban 34% karyawan berasal dari sana.
Yang lebih penting, BPKH Limited menegaskan komitmennya untuk membantu pengusaha Indonesia. “Kami open kepada para pengusaha-pengusaha Indonesia yang ingin membuka usaha di Arab Saudi. Apapun jenis industrinya, kami siap menjadi advisor bagaimana cara mendirikan syarikat di Arab Saudi,” tegasnya.
Beragam Peluang Bisnis: Dari Hotel hingga Bumbu Dapur
BPKH Limited tidak hanya menawarkan jasa konsultasi, tetapi juga membuka pintu kolaborasi dalam berbagai sektor:
1. Investasi dan Operasional Hotel
Salah satu peluang terbesar adalah di sektor perhotelan. BPKH Limited telah berinvestasi dan mengelola hotel di Makkah (Hilton Convention Makkah) dan Madinah (Golden Tulip Ansor). Mereka juga mengundang investor Indonesia untuk berkolaborasi dalam mengakuisisi atau mengelola hotel-hotel di Makkah dan Madinah.
“Kami bisa melakukan ijar (kontrak sewa) langsung antara syarikah kami dengan pihak hotel, tanpa perantara. Ini lebih aman dan tidak mudah digeser-geser seperti sistem series,” jelas Bapak Sidik, menyoroti masalah yang sering dihadapi travel umrah. Dengan sistem ijar elektronik yang terhubung dengan pengadilan Saudi, legalitas dan keamanan transaksi terjamin.
2. Agregator UMKM dan Ekspor Produk
BPKH Limited juga berperan sebagai agregator, membantu UMKM dan produsen Indonesia mengekspor produk mereka, seperti bumbu pasta dan makanan siap saji, ke Arab Saudi. “Kami berperan untuk menciptakan demand di Arab Saudi. Kami yang ada di sana, kami sebagai pembelinya,” kata Bapak Sidik. Hal ini memastikan pasar yang jelas bagi produk Indonesia, dengan dukungan Kementerian Perdagangan dan ITPC di Jeddah sebagai regulator.
3. Inkubator Investor dan Manajemen Hotel
Sebagai inkubator, BPKH Limited mengundang investor yang tertarik investasi di Arab Saudi melalui skema real estate investment trust fund (REITs) yang diterbitkan oleh aset kapital di Saudi. Dana ini digunakan untuk menyewa hotel, dan BPKH Limited bertindak sebagai operatornya.
Selain itu, bagi manajemen hotel Indonesia yang ingin berekspansi, BPKH Limited membuka peluang untuk mengelola hotel-hotel di Saudi. “Ini ada hotel, butuh operating hotel, butuh manajemen hotel, silakan masuk melalui kami,” ajak Bapak Sidik.
Mengurai Antrean Haji dan Visi Saudi 2030
Di tengah perbincangan bisnis, Bapak Sidik juga mengklarifikasi isu antrean haji yang panjang. Dengan 5,8 juta calon jemaah menunggu dan kuota 203.000 (reguler) serta 17.600 (khusus) per tahun, antrean rata-rata memang mencapai 25-26 tahun. “Ini murni masalah supply-demand, bukan karena korupsi,” tegasnya.
Namun, ada harapan besar dengan Visi Saudi 2030 yang menargetkan peningkatan kapasitas Mina dan Arafah hingga 6-10 juta jemaah. Jika ini terwujud, kuota haji akan bertambah signifikan, mempercepat keberangkatan jemaah. BPKH Limited berkomitmen untuk terus meningkatkan nilai manfaat dana haji agar dapat memberikan subsidi lebih optimal kepada jemaah.
Kesempatan Emas di Tengah Transformasi Saudi
Transformasi Arab Saudi melalui Visi 2030 yang bergeser dari ketergantungan minyak ke sektor pariwisata, termasuk mempermudah visa kunjungan, membuka peluang lebih luas. Ini adalah saat yang tepat bagi pengusaha Indonesia untuk memanfaatkan momentum.
Dengan BPKH Limited sebagai mitra yang resmi dan terpercaya dari pemerintah Indonesia, para pengusaha kini memiliki “autopilot” untuk berbisnis di Arab Saudi. Mulai dari kepemilikan syarikah 100% asing, kemudahan dalam kontrak ijar hotel, hingga pasar yang jelas untuk produk UMKM, semua ini menjadi modal kuat bagi pengusaha Indonesia untuk meraih “cuan” di Tanah Suci. Ini bukan lagi sekadar impian, melainkan peluang nyata yang terbentang luas.