Menyalakan Cahaya di Tengah Kegelapan

Aku percaya bahwa hidup ini bukan hanya tentang seberapa banyak yang kita miliki, tetapi juga tentang seberapa banyak yang bisa kita bagikan. Keyakinan itulah yang mendorongku untuk melangkah, mencari mereka yang membutuhkan uluran tangan, dan berusaha memberikan sedikit cahaya di tengah kegelapan mereka.

Aku sering bertemu dengan lansia yang terlantar, duduk sendiri di teras rumahnya yang mulai rapuh, tanpa keluarga yang menemani. Wajah mereka menyimpan ribuan cerita tentang masa muda, perjuangan, dan kehilangan. Aku juga melihat anak-anak yatim/piatu yang tumbuh tanpa sosok orang tua, mencoba bertahan di dunia yang terasa begitu luas dan dingin bagi mereka. Ada pula keluarga miskin yang hidup dengan serba kekurangan, berjuang keras hanya untuk sekadar makan sehari-hari. Dan di sudut-sudut kota, aku menemukan individu dengan keterbatasan fisik yang berusaha sekuat tenaga untuk tidak dianggap lemah oleh dunia.

Melihat mereka, aku bertanya dalam hati, apa yang bisa aku lakukan?

Aku mulai dengan langkah kecil, menyisihkan sebagian penghasilanku untuk donasi. Mungkin jumlahnya tidak seberapa, tapi aku yakin bahwa bantuan sekecil apa pun tetap memiliki arti bagi mereka. Lalu, aku mulai melibatkan diri dalam berbagai kegiatan sosial, dari membagikan makanan untuk mereka yang kelaparan, hingga mendampingi anak-anak yatim agar tetap semangat belajar dan bermimpi.

Aku menyadari bahwa membantu bukan sekadar soal uang. Waktu dan tenaga jauh lebih berharga. Aku terjun langsung ke lapangan, berbincang dengan para lansia, mengusap kepala anak-anak yatim, dan mengajak teman-teman lain untuk ikut serta. Aku percaya bahwa kebahagiaan yang sejati datang dari berbagi—bukan hanya materi, tetapi juga kasih sayang, perhatian, dan kepedulian.

Setiap harinya, sekitar 70% waktuku kuhabiskan untuk berbagai kegiatan sosial ini. Aku tak merasa rugi, justru aku merasa lebih hidup. Sebagian dari penghasilanku, sekitar 20%, kualokasikan untuk membantu mereka yang membutuhkan. Sisanya, aku gunakan untuk merancang program yang lebih efektif agar bantuan yang kami berikan tidak hanya bersifat sementara, tetapi juga berkelanjutan.

Terkadang aku lelah, tetapi kelelahan itu sirna ketika aku melihat senyum mereka. Ketika seorang anak yatim berbisik, “Terima kasih, Kak, sudah datang ke sini,” atau ketika seorang lansia menggenggam tanganku erat dengan mata berkaca-kaca, aku tahu bahwa yang kulakukan ini tidak sia-sia.

Aku bukan orang kaya, bukan pula orang yang memiliki kekuatan besar. Aku hanya seseorang yang ingin membuat perbedaan, sekecil apa pun itu. Aku ingin menyalakan cahaya bagi mereka yang terjebak dalam kegelapan, karena aku percaya, di dunia ini masih ada harapan, asal kita mau saling berbagi dan peduli.